PROSES MASUK
DAN PENGARUH KEBUDAYAAN BARAT DI INDONESIA
Masuknya pengaruh kebudayaan Barat atau Eropa ke Indonesia banyak diwarnai dengan Paham Kolonialisme dan imperialisme yang saat itu memang sedang berkembang di Eropa. Paham Kolonialisme dan Imprealisme mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk mencari dan memperluas wilayah-wilayah kolonialnya. Indonesia yang kaya akan sumber alam menjadi rebutan bangsa-bangsa Eropa untuk dijadikan koloninya
Kolonialisme dan Imprealisme berkembang di Eropa karena dipicu oleh beberapa factor yang mempengaruhinya saat itu, seperti adanya Merkantilisme, Revolusi Industri dan Kapitalisme. Merkanrilisme merupakan suatu kebijakan poltik dan ekonomi dari Negara-negara imprerialis dengan tujuan untuk memupuk kekayaan berupa logam mulia sebanyak-banyaknya sebagai standard an ukuran kekayaan yang dimiliki, kesejahtraan dan kekuasaan Negara tersebut. Gerakan ini menjadi mapan untuk saat itu
Sementara itu, pada abad ke-16 dan 17 banyak Negara-negara Eropa yang menemuakan bentuk dan identitanya serta telah menjadi Negara nasional. Tiap-tipa Negara nasional berusaha untuk memperkuat kedudukannya didalam negri. Kuat atau tidaknya posisi mereka banyak ditentukan oleh masalah-masalah didalam negrinya. Sedangkan pemecahan masalah didalam negri memerlukan biasya yang sanagat besar. Untuk mendapatkan biaya itu masing-masing Negara nasional di Eropa menempuh dengan cara perdagangan ke luar wilayahnya.
Selain itu, pertumbuhan perekonomian di Eropa setelah revolusi industry berjaln cepat, sehngga berakibat luas pada keadaan masyarakat. Bebrbagai penemuan peralatan kerja untuk meningkatkan hasil produksi telah menandai perubahan yang radikal dan cepat terhadap kemampuan manusia.
Rovolusi industri pada awalnya berkembang di Inggris, untuk kemudian menyebar luas di daratan Eropa. Akibat dari percepatan dalam proses produksi karna revolusi industri, maka kebutuhan bahan baku sanagt tingg. Untuk memenuhi bahan baku tersebut, bangsa-bangsa Eropa mencari daerah-daerah yang kaya bahan mentah dan bahan baku, untuk kemudian menjadikannya sebagai daera koloni atau jajahan, termasuk Indonesia.
Proses Masuknya Kebudayaan Barat di Indonesia
Zaman pengaruh kebudayaan Barat atau Eropa di Kepulauan Nusantara didahului dengan adanya aktivitas perdagangan bangsa Prortugis pada awal abad ke-16, setaelah sebelumnya Negara Protugal pada tahun 1511 dapat menaklukan perlabukan Negara Malaka yang letaknya sanagn strategis, sebagai pintu gerbang untuk memasuki laut-laut Nusantara dari arah barat. Walaupun demikian, bangsa Protugis tidak lama bisa berjuasa sendiri karena bangsa-bangsa Eropa lainnya juga datang berlayar sampai di daerah nusantara untuk berdagang rempah-rempah, seperti Inggris, Spayol dan Belanda. Akhirnya, bangsa Belandalah denagn perusahaan dagangnya VOC, berhasil menduduk tempat-tempat yang paling strategisseperti Kepulauab Maluku Tengah (Ambon, Seram, Banda).
Kemudian mereka kembali berhasil direbutnya dari Protugis pada tahun 1641. Bangsa Belanda telah mendirikan sebuah benteng dan kota pelabuhan yang kuat, dengan benteng itu bangsa Belanda dapat menjaga dan menguasai Banten, mengamankan politik monopoli perdaganagnnya, serta hubungan pelayarannay antar Maluku dan Malaka.
Akhir abad ke-18, perusahaan dagang Belanda (VOC) mundur, sehingga terpaksa dinyatakan bangkrut dalam tahun 1799, dengan demikian, semua miliknya di Indonesia diambil alih oleh kerajaan Belanda, dan dengan itu daerah-daerah di Indonesia yang selama itu dikuasai oleh VOC menjadi jajahan Negara Belanda,
Pada waktu penagmbilan-alihan pada akhir abad ke-18 tersebut, belum senua daerah yang sekarang menjadi wilayah NKRI itu dikuasai oelh Belanda. Banyak daerah lain di luar Jawa baru kemudian sepanjang abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, dikuasai oleh Belanda. Bengkulu misalnya baru ditukar denagn Singapura dan Inggris pada suatu perjanjian diplomatic antara Inggris dengan Belanda sesudah mereka berhasil untuk ikut campur tanagn dalam perang Padri tahun 1837.
Pengaruh Kebudayaan Barat (Belanda) di Indonesia
Pusat-pusat kekuasaan pemerintah Belanda merupakan kota-kota pemerintahan, seperti kota provinsi, kota kabupaten dan kota distrik. Kota-kota tersebut kecuali dalam hal luas tidaknya wilayah, pada umumnya memiliki pola yang sama. Pusat kota merupakan suatu lapangan (alun-alun) yang dikelilingi oleh gedung-gedung panting, seperti pendopo yaitu rumah dan kantor kepala pemerintahan, masjid, penjara, rumah gadai, dan beberapa kantor lainnya; kmudian ada kampug Cina yang merupakan toko-toko barang, kelontong, pasar dan beberapa pertukaran dan industry kecil yang memberi pelayanan kepada penduduk kota.
Terutama yang ada di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku, berkembangkah dua lapisan sosial lapisan pertama adalah kaum buruh yang telah meninggalkan pekejaan petani dan bekerja dengan tangan dalam berbagai macam lapangan pertukanagan sebagai pelayan di rumah tangga orang pegawai atau pedagang-pedagang Tionghoa, atau sebagai buruh dalam perusahaan dan industry kecil. Lapisan kedua adalah kaum pegawai (di Jawa disebut kaum Priyayi) yang bekerja dibelakang meja atau dikantor-kantor pemerintahan. Dalam lapisan sosial ini, pendidikan barat di sekolah-sekolah dan kemahiran dalam bahasa belanda menjadi syarat utama untuk naik kelas sosial.
Dalam beberapa kota di Jawa dan di beberapa daerah lain di Indonesia teelah mulai berkembang pula, suatu golongan orang pedagang Indonesia yang dapat menempati sector-sektor dalam ekonomi indonesi di tingkat menengah, yang belum atau tidak diduduki oleh orang-orang Tionghoa, seperti kerajinan tangan batik, tenun, rokok kretek dan lain-lain,
Sampai sekarang ini, kebudayaan dengan mentaliet pegawai negri masih amat mempengaruhi kehidupan kebudayaan Indonesia pada umumnya. Anda bisa menyaksikan sendiri bagaimana membludaknya masyarakat Indonesia yang mengikuti ujian CPNS beberapa tahun terakhir ini. Sebaliknya mentalitet yang mengarah pada kemandirian atau kewirausahaan masih belum membudayakan pada masyarakat Indonesia. Banyak orang Tionghoa juda dimasukkan oleh Belanda untuk dipekerjakan sebagai kuli dan buruh dalam peetambangan dan perkebnan orang Belanda.
Struktur ekonomi rakyat Indonesia, dimana sebagian besar hidup di desa-desa, tetep berada dalam keadaan miskin dan tidak ikut terseret dalam proses perkembangan dan kemajuan ekonomi serta kemakmuran luar biasa yang dialami oleh kaum penjajah itu. Namun, dalam keadaan serba miskin itu, rakyat Indonesia, terutama di Jawa, dimana kekuasaan Belanda sedang mendominasi, menaglami suatu proses kenaikan jumlah penduduk dengan suatu laju yang luar biasa cepatnya.
Pengaruh kebudayaan Eropa ke dalam kebudayaan Indonesia yang bersifat positif adalah pengaruh ilmu engetahan dan teknologi dalam kehidupan ornag Indonesia, walaupun sampai masa sekarang ini apresiasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi masih tetap terbatas pada suatu bagian yang kecil pada masyarakat Indonesia, namun kesadaran mengenai pentingnya hal itu demi kemajuan sudah mulai ada pada suatu kalangan yang luas di negri ini.
Pengaruh kebudayaan Barat atau Eropa yang juga masuk ke dalam kebudayaan Indonesia dalam rangka kolonialisme Belanda, ialah tersebarnya agama Kalotik dan Kristen Protestan (terutama aliran Calvinisme) penyiaran terutama dilakukan di daerah-daerah dengan peduduk yang belum pernah mengalami pengaruh Hindu-Budha, atau yang belum memeluk agama Islam.
Selain itu, hasil kebudayaanm Barat di Indonesia juga dapat disaksiakan sampai sekarang dimana masih terdapatnya gedung-gedung tua yang bergaya Eropa, terutama dikota-kota besar seperti Bndung, Jakarta, Surabaya, Semarang dan beberapa kota di luar Jawa. Gedung-gedung tersebut tetap berdiri kokoh sampai sekarang dan masih digunaan untuk kantor-kantor pemerintah, markas militer, bandk, rumah sakit dan lain-lainnya,
Kolonialisme dan Imprealisme berkembang di Eropa karena dipicu oleh beberapa factor yang mempengaruhinya saat itu, seperti adanya Merkantilisme, Revolusi Industri dan Kapitalisme. Merkanrilisme merupakan suatu kebijakan poltik dan ekonomi dari Negara-negara imprerialis dengan tujuan untuk memupuk kekayaan berupa logam mulia sebanyak-banyaknya sebagai standard an ukuran kekayaan yang dimiliki, kesejahtraan dan kekuasaan Negara tersebut. Gerakan ini menjadi mapan untuk saat itu
Sementara itu, pada abad ke-16 dan 17 banyak Negara-negara Eropa yang menemuakan bentuk dan identitanya serta telah menjadi Negara nasional. Tiap-tipa Negara nasional berusaha untuk memperkuat kedudukannya didalam negri. Kuat atau tidaknya posisi mereka banyak ditentukan oleh masalah-masalah didalam negrinya. Sedangkan pemecahan masalah didalam negri memerlukan biasya yang sanagat besar. Untuk mendapatkan biaya itu masing-masing Negara nasional di Eropa menempuh dengan cara perdagangan ke luar wilayahnya.
Selain itu, pertumbuhan perekonomian di Eropa setelah revolusi industry berjaln cepat, sehngga berakibat luas pada keadaan masyarakat. Bebrbagai penemuan peralatan kerja untuk meningkatkan hasil produksi telah menandai perubahan yang radikal dan cepat terhadap kemampuan manusia.
Rovolusi industri pada awalnya berkembang di Inggris, untuk kemudian menyebar luas di daratan Eropa. Akibat dari percepatan dalam proses produksi karna revolusi industri, maka kebutuhan bahan baku sanagt tingg. Untuk memenuhi bahan baku tersebut, bangsa-bangsa Eropa mencari daerah-daerah yang kaya bahan mentah dan bahan baku, untuk kemudian menjadikannya sebagai daera koloni atau jajahan, termasuk Indonesia.
Proses Masuknya Kebudayaan Barat di Indonesia
Zaman pengaruh kebudayaan Barat atau Eropa di Kepulauan Nusantara didahului dengan adanya aktivitas perdagangan bangsa Prortugis pada awal abad ke-16, setaelah sebelumnya Negara Protugal pada tahun 1511 dapat menaklukan perlabukan Negara Malaka yang letaknya sanagn strategis, sebagai pintu gerbang untuk memasuki laut-laut Nusantara dari arah barat. Walaupun demikian, bangsa Protugis tidak lama bisa berjuasa sendiri karena bangsa-bangsa Eropa lainnya juga datang berlayar sampai di daerah nusantara untuk berdagang rempah-rempah, seperti Inggris, Spayol dan Belanda. Akhirnya, bangsa Belandalah denagn perusahaan dagangnya VOC, berhasil menduduk tempat-tempat yang paling strategisseperti Kepulauab Maluku Tengah (Ambon, Seram, Banda).
Kemudian mereka kembali berhasil direbutnya dari Protugis pada tahun 1641. Bangsa Belanda telah mendirikan sebuah benteng dan kota pelabuhan yang kuat, dengan benteng itu bangsa Belanda dapat menjaga dan menguasai Banten, mengamankan politik monopoli perdaganagnnya, serta hubungan pelayarannay antar Maluku dan Malaka.
Akhir abad ke-18, perusahaan dagang Belanda (VOC) mundur, sehingga terpaksa dinyatakan bangkrut dalam tahun 1799, dengan demikian, semua miliknya di Indonesia diambil alih oleh kerajaan Belanda, dan dengan itu daerah-daerah di Indonesia yang selama itu dikuasai oleh VOC menjadi jajahan Negara Belanda,
Pada waktu penagmbilan-alihan pada akhir abad ke-18 tersebut, belum senua daerah yang sekarang menjadi wilayah NKRI itu dikuasai oelh Belanda. Banyak daerah lain di luar Jawa baru kemudian sepanjang abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, dikuasai oleh Belanda. Bengkulu misalnya baru ditukar denagn Singapura dan Inggris pada suatu perjanjian diplomatic antara Inggris dengan Belanda sesudah mereka berhasil untuk ikut campur tanagn dalam perang Padri tahun 1837.
Pengaruh Kebudayaan Barat (Belanda) di Indonesia
Pusat-pusat kekuasaan pemerintah Belanda merupakan kota-kota pemerintahan, seperti kota provinsi, kota kabupaten dan kota distrik. Kota-kota tersebut kecuali dalam hal luas tidaknya wilayah, pada umumnya memiliki pola yang sama. Pusat kota merupakan suatu lapangan (alun-alun) yang dikelilingi oleh gedung-gedung panting, seperti pendopo yaitu rumah dan kantor kepala pemerintahan, masjid, penjara, rumah gadai, dan beberapa kantor lainnya; kmudian ada kampug Cina yang merupakan toko-toko barang, kelontong, pasar dan beberapa pertukaran dan industry kecil yang memberi pelayanan kepada penduduk kota.
Terutama yang ada di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku, berkembangkah dua lapisan sosial lapisan pertama adalah kaum buruh yang telah meninggalkan pekejaan petani dan bekerja dengan tangan dalam berbagai macam lapangan pertukanagan sebagai pelayan di rumah tangga orang pegawai atau pedagang-pedagang Tionghoa, atau sebagai buruh dalam perusahaan dan industry kecil. Lapisan kedua adalah kaum pegawai (di Jawa disebut kaum Priyayi) yang bekerja dibelakang meja atau dikantor-kantor pemerintahan. Dalam lapisan sosial ini, pendidikan barat di sekolah-sekolah dan kemahiran dalam bahasa belanda menjadi syarat utama untuk naik kelas sosial.
Dalam beberapa kota di Jawa dan di beberapa daerah lain di Indonesia teelah mulai berkembang pula, suatu golongan orang pedagang Indonesia yang dapat menempati sector-sektor dalam ekonomi indonesi di tingkat menengah, yang belum atau tidak diduduki oleh orang-orang Tionghoa, seperti kerajinan tangan batik, tenun, rokok kretek dan lain-lain,
Sampai sekarang ini, kebudayaan dengan mentaliet pegawai negri masih amat mempengaruhi kehidupan kebudayaan Indonesia pada umumnya. Anda bisa menyaksikan sendiri bagaimana membludaknya masyarakat Indonesia yang mengikuti ujian CPNS beberapa tahun terakhir ini. Sebaliknya mentalitet yang mengarah pada kemandirian atau kewirausahaan masih belum membudayakan pada masyarakat Indonesia. Banyak orang Tionghoa juda dimasukkan oleh Belanda untuk dipekerjakan sebagai kuli dan buruh dalam peetambangan dan perkebnan orang Belanda.
Struktur ekonomi rakyat Indonesia, dimana sebagian besar hidup di desa-desa, tetep berada dalam keadaan miskin dan tidak ikut terseret dalam proses perkembangan dan kemajuan ekonomi serta kemakmuran luar biasa yang dialami oleh kaum penjajah itu. Namun, dalam keadaan serba miskin itu, rakyat Indonesia, terutama di Jawa, dimana kekuasaan Belanda sedang mendominasi, menaglami suatu proses kenaikan jumlah penduduk dengan suatu laju yang luar biasa cepatnya.
Pengaruh kebudayaan Eropa ke dalam kebudayaan Indonesia yang bersifat positif adalah pengaruh ilmu engetahan dan teknologi dalam kehidupan ornag Indonesia, walaupun sampai masa sekarang ini apresiasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi masih tetap terbatas pada suatu bagian yang kecil pada masyarakat Indonesia, namun kesadaran mengenai pentingnya hal itu demi kemajuan sudah mulai ada pada suatu kalangan yang luas di negri ini.
Pengaruh kebudayaan Barat atau Eropa yang juga masuk ke dalam kebudayaan Indonesia dalam rangka kolonialisme Belanda, ialah tersebarnya agama Kalotik dan Kristen Protestan (terutama aliran Calvinisme) penyiaran terutama dilakukan di daerah-daerah dengan peduduk yang belum pernah mengalami pengaruh Hindu-Budha, atau yang belum memeluk agama Islam.
Selain itu, hasil kebudayaanm Barat di Indonesia juga dapat disaksiakan sampai sekarang dimana masih terdapatnya gedung-gedung tua yang bergaya Eropa, terutama dikota-kota besar seperti Bndung, Jakarta, Surabaya, Semarang dan beberapa kota di luar Jawa. Gedung-gedung tersebut tetap berdiri kokoh sampai sekarang dan masih digunaan untuk kantor-kantor pemerintah, markas militer, bandk, rumah sakit dan lain-lainnya,
DAFTAR PUSTAKA
Sapriya, dkk.(2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS